I had my latest antenatal check up on last Thursday, when I found that I’ve lost almost 2 kg since the last check up. I was happy (and surprise too) because I heard that losing some weight at the end of pregnancy indicates something that I’ve been waiting: the time! It has almost come! (I would rather take it as a myth though)…plus, I’ve been craving this and that lately so the fact that my weight went down despite the extra food intake makes me really happy (hihihiihi)...
But…my happiness didn’t last long..busted in a blink of an eye when the Dr said that I shouldn’t have lost my weight and that it may indicate something is wrong (I was like…what? You kidding me!) Can you imagine…it’s my 38th week pregnancy, full of excitement…and suddenly the ‘something-is-not-right’ came out from the Dr’s mouth! I was really shocked! So she referred me to the government’s clinic for further check up (which means I have to go to that crowded place again, standing while waiting until my number is called which then when the time comes I will have to hear the nurses nagging about this and that that I should and shouldn’t do. Oh by the way, I didn’t go there for the next appointment which I should’ve gone, so I can imagine that they would scold me for that…uhhhhh..be ready!!!). My goodness, I really wished I didn’t have to go to that place anymore. Nevermind, for aliya’s sake, mommy will do everything (*wink*)
So we made a plan to go there on the next day. That evening we were watching football match between Malaysia and Vietnam when we realized it was gonna be a public holiday on Friday. Public holiday on Friday means that the earliest time we can do the check up would be on the following Monday! Panic, I called my relative who is a doctor. Thank God, she told me that nothing is to be worried about if the baby kept moving like usual..it was really a relief..Alhamdulillah (it did relieve me a lot since aliya is not only moving more than 10 times a day, but she has been kicking every inch of my tummy all she wants..I made a conclusion that she is preparing herself to be a sports girl unlike her mom hehehe) ..Alhamdulillah..alhamdulillah…
That’s all news about aliya, brought to you by …..
Actually I have been thinking a lot about her…she’s coming out soon insyaAllah..but have I prepared enough to be a good mother? How would I make her to listen to me? How would I know what she wants when she cries like crazy? Things like that…
And most important, I’ve been asking myself, what kind of person will she be growing up as? What I want her to be?
Thank God, I've found the answer (and it's perfect!). What is it? jeng jeng jeng..to be continued! (so make sure you read the next entry hehe)
Friday, December 18, 2009
Shocking News!!!
Labels: Nurturing KidsSaturday, December 12, 2009
Meditation....the Islamic way!
Labels: Wisdoms from Everday Life
Semalam saya menghadiri antenatal class di Selangor Medical Center. My feedback? Thumbs up! Memang best (except a session when a young lady talked about dietary...pretty lame) Tapi masa Pn Faridah gave her presentation, it was funny yet very informative. Definitely I recommend going for SMC antenatal class should you need to attend one (the cheapest one too!).
Oh, salah satu yang saya belajar semalam ialah pasal the need for pregnant mother to exercise. OK, I don’t want to talk too much about the information I got from the antenatal class assuming that they can be easily found from internet/books (yet, I still went to the class, oh ho. But I can say that neither internet nor books can present the information as good as Pn Faridah could, so it was not a waste at all). Actually, yang saya nak share ialah ini: This morning I started to exercise for about 30 mins..just walking down the street at my MIL’s place. My husband was jogging too, although we took different routes (definitely cause I would not be able to catch him up). Then we took some time after the exercise to relax under the tree next to my MIL’s house. Oh it felt really good to enjoy the fresh air after such tiring walk (I must tell that I didn’t sweat much but the sense of well being did come to me). After doing some warming down, he taught me something very interesting. What is it? Jeng jeng jeng…I call it meditation the Islamic way..
Lets try it. It goes like this. Mula-mula duduk dalam keadaan bersila. Tegakkan badan belakang dan tangan di lutut dengan lengan dalam keadaan straight (posing mcm org tengah meditate tu)..tutup mata..relaks…then cuba feel angin yang bertiup dan menghembus sehingga anda dapat rasakan kesegarannya..sehingga anda menterjemahkannya sebagai satu nikmat…memang best…it was so amazing that you can even hear the sound of the flowing wind..something you would never feel or realize before. Then try to listen to any sound you hear…bunyik burung, air, desiran angin, sayup-sayup bunyi kereta…ohh memang best…terasa seperti kita dalam satu dunia lain yang penuh warna-warni dan kenikmatan. It is actually the world we live in cuma kita je yang tak pernah perasan.
So then, with all these feelings…say thanks to Allah from the very bottom of your heart..ask for His forgiveness that we rarely appreciate and be grateful to Him..at this stage, talk to Allah all you want to say like what you would have said in your doa (but in a more relaxing way)…then open your eyes…and you will find yourself feeling good. You will notice again those things you felt and heard just now when you closed your eyes….and surprisingly they would make you smile.
Believe it or not. Lets try it!
Tuesday, December 1, 2009
Mencorakkan kain putih
Labels: Nurturing Kids"Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah dan kedua orang tuanyalah yang meyahudikan, atau mengkristiankan, atau memajusikannya."
Membaca hadith di atas, teringat saya pada kata-kata seorang sahabat yang tinggi ilmu, semangat dan pengalamannya, Kak Gayah. Menurutnya, jika seorang kafir memeluk Islam, dia bukanlah ‘convert’ kepada Islam, tetapi istilah ‘revert’ lebih tepat. Kenapa? Kerana sejak alam roh lagi, kita semua adalah Muslim. Kita mengaku bahawa Allah adalah Tuhan kita.
Saya berbincang dengan suami berkenaan perkara ini. Menurut suami, setiap kita lahir dalam keadaan fitrah, ertinya seperti kain putih, kosong, bersih…yang belum tercorak apa-apa di atasnya. Atau boleh diistilahkan sebagai ‘neutral’. Mengapa? Kerana Allah ingin bersikap adil kepada setiap manusia, iaitu setiap dari kita bermula dengan permulaan yang sama…kain putih yang belum tercorak itu.
Kemudian suami bertanya, Apa sebenarnya yang ingin disampaikan dalam hadith itu?
Saya terkejut. Saya fikir penjelasan bahawa Allah itu Maha Adil sudah cukup menjadi intisari hadith di atas. Rupanya Allah ingin menyampaikan pengajaran yang lebih penting, iaitu betapa besarnya peranan ibu bapa dalam ‘mencorakkan’ anak yang lahir itu.
Menurut suami, anak-anak kita insyaAllah tidak akan bertukar agama menjadi Yahudi, Kristian atau Majusi. Tetapi, pemikiran mereka mungkin dipengaruhi oleh budaya hedonism, materialism, individualism, feminism dll, yang dimomokkan oleh Barat dan kaum liberal.
Memperluaskan pemahaman
Maka, skop pemahaman kita terhadap hadith ini perlu diperluaskan, sesuai dengan keadaan sekarang ini. Walaupun anak kita seorang Muslim, tapi kita sebagai ibu bapanyalah yang mencorakkan pemikirannya, sikapnya, jiwa dan rohaninya. Hasil peranan ibu bapalah yang menentukan samada anak itu :
lebih suka menghadiri kuliah agama…..atau bergelumang maksiat di pusat-pusat hiburan…
lebih suka menolong orang lain…..atau bersikap mementingkan diri sendiri….
lebih bersikap humble….atau seorang yang sombong bongkak. ..
Subhanallah….satu hadith yang cukup mendalam maknanya untuk renungan kita sebagai ibu bapa… readmore »»
Monday, November 30, 2009
Mensyukuri musibah
Labels: Wisdoms from Everday Life
Sepanjang emak telah pergi, saya memanjatkan doa kepada Allah, memohon kebaikan demi kebaikan untuk emak..sehingga satu ketika saya merasa terpukul... kerana saya lupa untuk memanjatkan syukur kepada Allah...Syukur kerana Allah tidak menguji emak dengan kesakitan yang lebih lama
Syukur kerana emak pergi dalam keadaan dia redha dengan ujian yang Allah beri
Syukur kerana emak sempat merasa sedikit senang
Syukur kerana Allah memuliakan emak pada hari ajalnya tiba
Syukur kerana saya sempat bersamanya pada penghujung usianya
Syukur kerana Allah memakbulkan doa saya agar memudahkan emak dan memberi yang terbaik untuknya
Syukur bukan bererti saya gembira dengan pemergian emak. Sedih di hati hanya Dia yang tahu. Tapi syukur beerti kita tidak lupa berterima kasih kepada Allah atas seribu satu perkara baik yang Allah beri.....disebaliknya satu perkara kurang baik (di mata kita) yang Allah timpakan kepada kita.......dan boleh jadi kamu benci kepada sesuatu padahal ia baik bagi kamu, dan boleh jadi kamu suka kepada sesuatu padahal ia buruk bagi kamu. Dan (ingatlah), Allah jualah Yang mengetahui (semuanya itu), sedang kamu tidak mengetahuinya. Baqarah 216
Alhamdulillah, kini saya lebih memahami ayat ini
Perginya hati yang mulia
Dia tidak pernah merungut, walau hidupnya selalu susah
tidak pernah ingin menyusahkan walau diri serba kekurangan
tidak pernah marah-marah, walau dia dimarahi
tidak mengata orang, walau dikelilingi mereka yang suka mengata
Dia menolong orang lain walau kudratnya kecil
Dia kuatkan semangat walau dirinya serba lemah
Dia tidak mengeluh, tidak menagis, tidak putus asa...walau dia di ambang maut
Sedang sakitnya itu berat lagi mata lain yang memandang
.....Walau berat lagi bahu yang memikul....!
Dia tetap sabar
Dia..ibuku...Supiah Bt Sario..pemilik sekeping hati yang mulia..
Ibu telah pergi dan kembali kepada penciptaNya pada 23/11/09 jam 910 pg..tanpa sempat aku menemuinya buat kali terakhir...sedang aku belum cukup mengatakan betapa aku menyayangi dia
Sampaikan sayang
Tapi aku pasti, aku bukan sepenuhnya berpisah dengan ibu. Aku masih boleh menyampaikan rasa sayangku kepadanya melalui doa-doa yang akan kukirimkan untuknya, seperti sabda Nabi s.a.w:
Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang soleh yang mendoakan
Hadits Riwayat Muslim.
Malah suami telah menggembirakanku apabila die berkata bahawa ‘doa’ dalam hadith itu bukan hanya doa seperti yang kita fahami, tetapi juga termasuk segala pahala yang kita dapat lalu ingin disedekahkan dan disampaikan kepada yang telah pergi. Contohnya, jika kita mendapat pahala kerana menolong orang lain, kita boleh niatkan dan memohon kepada Allah agar pahala tersebut disampaikan kepada yang telah pergi untuk manfaatnya. “Emak akan rasa pahala tu...dan emak tahu umi sayang dia”, kata suami meyakinkan aku...
Sayang Buat Emak
Setiap penulisan saya di dalam blog ini adalah untuk mengingatkan diri saya sendiri, dan saya ingin kongsikan cetusan-cetusan tersebut kepada pembaca yang berkunjung, semoga manfaatnya dapat kita rasakan bersama.
Dan jika pembaca mendapat manfaat dari perkongsian saya, semoga Allah sampaikan pahala tersebut buat ibu saya, Allahyarhamah Supiah Bt Sario. Al-fatihah...(terima kasih saya ucapkan atas bacaan Al-fatihah yang disedekahkan. Semoga Allah membalasnya dengan seribu satu kebaikan, Amin)
..Semoga saya dapat terus menyayangi ibu..walau tidak dapat berjumpa...
Amin Ya Rabbal A’lamin readmore »»
Sunday, November 29, 2009
Mencari Khadijah
Labels: Wisdoms from Everday LifeSudah hampir 2 tahun saya berkahwin, dan selama itu saya melatih diri sedikit demi sedikit untuk taat dan hormat pada suami walaupun pada awalnya memang sukar..mungkin kerana latar belakang kami yang berbeza. Suami belajar agama dari kecil hingga ke Al-Azhar, sedangkan saya 5 tahun menjadi orang muda di bumi US. Syukurlah suami memberi saya ruang dan peluang untuk membaiki diri..
Apabila saya sudah mampu untuk taat dan hormat pada suami, saya kira itu sudah cukup. Tapi saya silap besar!
Siti Aisyah dan Siti Khadijah r.a adalah antara isteri Rasullullah..yang tentunya taat dan hormat kepada Nabi s.a.w. Tapi kenapa Aisyah pernah mengatakan ini:Aku tidak pernah merasa begitu cemburu kepada seorang wanita sepeti cemburuku kepada Khadijah. Aku memang benar-benar cemburu kepadanya. Aku tidak pernah melihatnya. Namun Rasullullah selalu saja menyebut-nyebut namanya. Dia pernah menyembelih seekor kambing, lalu memotong sebahagian dagingnya dan menghadiahkannya kepada sahabat-sahabat Khadijah.
Ya, Aisyah cemburukan Khadijah kerana Rasullulah menyintai Khadijah lebih dari menyintai Aisyah. Jika kedua-duanya taat dan hormat kepada Rasullullah, mengapa Khadijah lebih dicintai? Apa yang ada pada Khadijah sehingga dia begitu istimewa di hati Junjungan kita Nabi s.a.w?
Cinta yang benar-benar cinta
Pengorbanan! Itulah yang dimiliki Khadijah..iaitu cinta yang benar-benar cinta, sehingga Khadijah ikhlas berkorban untuk suaminya. Beliau telah menghabiskan seluruh hartanya demi menolong suami dalam tugasnya menyebarkan Islam. Sehingga dari status seorang jutawan beliau menjadi papa kedana!. Ya, seluruh hartanya habis..tapi tidak hilang.....malah diganti pula dengan status ketua wanita di syurga kelak! Dan di dunia beliau mendapat cinta yang benar-benar cinta dari Rasululluah! Mengapa begitu sekali? kerana cinta Khadijah terbukti di kala Nabi dalam kesusahan, sedangkan isteri-isteri Rasullullah yang lain termasuk Aisyah bersama dengan Nabi ketika syiar Islam sudah tersebar luas. Cinta mereka ada, tapi tidak setanding dengan cinta Khadijah.
Kita boleh mengatakan yang kita akan ‘senang sama senang, dan susah sama susah’...tapi sejauhmana kita boleh mengotakannya?
Atau......adakah kita lebih cenderung membataskan pengertian tanggungjawab kepada ‘Suami mencari nafkah’ manakala ‘isteri menguruskan rumah, anak-anak, dan taat serta hormat suami’ ..and when it comes to money, kita kata ‘Duit suami duit kita, duit kita duit kitala’
Benar...tapi begitukah Siti Khadijah?
Belajar Berkorban
Saya menginsafi kecetekan pemikiran diri. Saya telah sedar bahawa seorang isteri itu tidak cukup hanya taat dan hormat.
Sepertimana saya penah menanam keazaman untuk melatih diri taat dan hormat kepada suami, begitu juga kali ini saya berazam untuk belajar berkorban.
Berkorban seperti pengorbanan Siti Khadijah!
Malah kita memang dituntut untuk menghayati erti pengorbanan sempena Hari Raya Aidil Adha baru-baru ini. Tetapi cukupkan dengan hanya menghayati? Atau cukupkah berkorban dengan menumbangkan lembu dan kambing?
Apa pengorbanan kita?
Saya mengambil peluang ini untuk membetulkan diri, mematangkan pemikiran, dan meng-upgrade cinta saya pada suami. Saya ingin menjadi Siti Khadijah kepada suami saya, sebagai tanda syukur kepada Allah yang sentiasa membimbing saya melalui bimbingan suami, dan sebagai tanda cinta yang benar-benar cinta saya kepada suami. Semoga kasih sayang Allah sentiasa tercurah dan melimpah dalam rumahtangga kami.
Amin ya Rabbal A’lamin..
Mencari Khadijah
Tak mungkin saya dapat menjadi Khadijah kepada suami saya jika saya tidak mengenali Khadijah isteri Rasullullah. Untuk itu saya ke kedai buku mencari buku yang menceritakan kisah cinta dan rumahtangga Khadijah dengan Rasullullah s.a.w. Saya tertarik dengan buku penulisan Abdul Mun’im Muhammad Umar, bertajuk ‘Kisah Cinta Abadi Dua Insan Mulia - Khadijah Ummul Mukminin’...InsyaAllah saya akan menceritakan pengajaran yang saya perolehi dari pembacaan buku ini dalam penulisan akan datang..semoga kita sama-sama dapat berkongsi manfaatnya..
Selamat Hari Raya Aidil Adha buat pembaca semua...
dan selamat menjadi Khadijah kepada suami masing-masing....
Monday, November 23, 2009
Menjadi Millionaire tanpa disedari
Labels: Nurturing Kids
Saya disahkan mengandung anak pertama pada Mac 2009 yang lalu. Perasaan saya? Tentunya gembira! Si comel pasti akan menceriakan hari-hari saya. Tetapi terus sahaja melintas di fikiran saya…list of new responsibilities: memandikan, mencebokkan (yang tak pernah saya lakukan) malah berjaga di tengah malam kerana dia tidak henti-henti menangis…....dan banyak lagi!
Normalnya begitu. Selain berasa gembira dengan kehadiran orang baru dalam keluarga, kita selalu associate kehadiran anak dengan tanggungjawab yang semakin bertambah, malah berbentuk bebanan pula.
Benarkah begitu?
Ya, kita biasa mengatakan anak itu nikmat dan rezeki dari Tuhan…tapi jarang kita melihat kehadiran anak sebagai satu peluang dariNya: peluang untuk kita membuat pahala. Bagaimana saya mengatakannya sebagai peluang, sedangkan kita tahu ‘jika anak membuat dosa kita turut sama menanggung dosanya’ (Oh, beban lagi!) …..Nanti dulu, pemikiran kita hanya sehala…..
Pemikiran Yang Seharusnya
Bagaimana pula jika kita melihat begini: ‘jika anak membuat pahala kita turut sama menanggung pahalanya!’ (saya hanya replace perkataan ‘dosa’ dalam ayat tadi dengan ‘pahala’..…hasilnya menarik bukan?)
Saya beri contoh: mengajar dan mendidik anak untuk bersolat. Kita tahu ia tanggungjawab kita sebagai ibu bapa. Tapi pernahkan kita terfikir akan mendapat pahala setiap kali anak bersolat hasil didikan kita? Setiap ilmu bermanfaat yang disebarkan (ilmu apa saja dan kepada sesiapa saja, termasuk mengajar solat kepada anak kita sendiri), kita sebenarnya melabur saham pahala yang berterusan dan tidak putus ganjarannya walaupun sudah meninggal dunia. Cuba kita kira berapa kali anak akan bersolat sepanjang hidupnya..kemudian darab pula dengan jumlah anak yang ada..terus gandakan dengan bilangan cucu (kerana dari didikan kita kepada anak-anak, mereka akan menyebarkannya kepada cucu kita pula)…cicit…dan seterusnya..(itu baru solat, belum lagi membaca Al-Quran, menghormati orang tua dan lain-lainnya)
Wow! Kita untung berlipat kali ganda!
Kalau pahala itu berbentuk duit, kita dah jadi Millionaire!
Oh, bukan itu saja…. Malah doa anak yang soleh juga menjadi saham akhirat yang berterusan kepada kita, sama seperti ilmu yang bermanfaat tadi. Pendek kata, anak menjadi ‘lubuk pahala’ (sudah tentu jika betul caranya!)
Teringat kata-kata suami saya, saham pahala sebegini amat penting, kerana ia satu-satunya ‘currency’ yang valid pada hari kita bertemu Allah nanti….. bukan dollar, bukan pound sterling apatah lagi ringgit Malaysia!
Hmm…mungkin kita perlu nilai kembali pemikiran kita…
Blog sebagai sumber pahala?
Saya sedang membaca sebuah buku bertajuk ‘Seni Mendidik Anak’ oleh Syaikh Muhammad Said Mursi, apabila saya terbaca sebuah hadith: Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga
perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak yang soleh yang mendoakan. Hadits Riwayat Muslim
Saya selalu mendengar hadith ni, malah sudah seakan melekat di ingatan, tapi tidak pernah benar-benar menghargai apa yang boleh dimanfaatkan darinya. Padahal, pengajaran hadith itulah yang sebenarnya dapat menolong saya menambah pahala sesudah meninggal kelak, bila mana kita tiada lagi peluang untuk berbuat baik dan beribadat untuk selama-lamanya.
Ya, tiada peluang langsung! Kecuali melalui 3 perkara tersebut:
Bersedekah,
ilmu yang bermanfaat,
doa anak yang soleh.
Alhamdulillah, kali ini saya terdorong untuk merebut peluang ini. Peluang agar masih ada ‘sumber menjana pahala yang berterusan’ selepas saya meninggal nanti.
Kemudian saya bertanya kepada suami, bagaimana ilmu yang bermanfaat dapat menjadi pahala yang berterusan?
Suami menjawab, Apabila kita mengajar kepada orang satu ilmu yang bermanfaat, dan orang itu
mengamalkan ilmu tersebut serta mendapat kebaikan, malah menjadi lebih baik
dengannya, sebenarnya ada saham pahala untuk dia dan kita..... semakin tersebar
ilmu tersebut, semakin tinggi saham kita, malah ia berterusan selepas kita
meninggal saaampai hari kiamat.
Oh, ini satu peluang keemasan!
Menulis untuk berkongsi manfaat
Kerana itu saya terdorong untuk menulis di blog ini. Saya akan berkongsi di sini ilmu, pengalaman dan pengajaran yang saya perolehi dari kehidupan seharian. Selalunya ia perkara yang simple sahaja….tapi dilihat dari sudut pandang yang berbeza dari kebiasaannya. Semoga ia dapat memberi manfaat kepada pengunjung blog ini selain mengingatkan diri saya sendiri…….Saya bukanlah seorang yang pakar, apatah lagi seorang yang sempurna, tapi saya ingin berkongsi walau sekecil-kecil pengajaran kepada pembaca semua. Semoga ia dapat menjadi saham pahala yang berterusan untuk saya, dan semoga kunjungan pembaca ke blog yang sederhana ini tidak sia-sia.
Amin Ya Robbal A’lamin